Langsung ke konten utama

Pemberontakan Among-Tani dalam Revolusi Rusia 1917

Artikel ini adalah bagian kedua dari seri Revolusi Rusia oleh Chris Kinder. Bagian pertama diterbitkan dalam "Rusia 1917: Bagaimana Revolusi yang Kita Perlukan Saat Ini, Dahulu Dimenangkan."

"Lapisan bawah dari revolusi adalah persoalan agraria" - Trotsky


Di atas segalanya Revolusi Rusia adalah revolusi pekerja. Ia menempatkan kelas pekerja pada kekuasaan untuk pertama kalinya dalam sejarah, dan menjanjikan datangnya sebuah revolusi dunia yang akan menghapuskan perang, penindasan nasional dan penghisapan selamanya. Ia mengilhami pemberontakan pekerja di seluruh dunia, dan nyaris berhasil dalam tujuan akhirnya. Namun para pekerja bukanlah satu-satunya yang memberontak di Rusia pada tahun 1917. Tanpa dukungan among-tani (peasant), tentunya tanpa perlawanan among-tani untuk membuang rantai penindasan mereka sendiri, Revolusi Rusia tidak akan pernah bisa bertahan.

Tidak seperti kebanyakan Eropa Barat, Rusia merupakan masyarakat terbelakang, terutama agraris, di mana kapitalisme memiliki awal yang terlambat, dan masih, pada pembukaan Abad Kedua Puluh, tidak memegang hak politik di bawah otokrasi Tsar. Mayoritas terbesar penduduknya merupakan among-tani. Seperti di kebanyakan masyarakat among-tani, terdapat sejarah panjang pemberontakan, yang semuanya dikalahkan, tetapi juga diabadikan dalam legenda dan lagu selama berabad-abad. Ketika pada Februari 1917 — di tengah kehancuran Perang Dunia I — para pekerja dan prajurit pinggiran kota bangkit dan menggulingkan otokrasi Tsar yang rapuh hanya dalam hitungan hari, among-tani dengan segera memperhatikan. Dapatkah keluhan mereka, yang begitu lama diabaikan, ditangani dalam situasi baru ini?

Pemberontakan Among-Tani Mewabah di Rusia

Pemberontakan petani dicatatkan seawal kekalahan Rusia dari Mongol, dan pembentukan Tsar sebagai "penguasa semua Rus" pada 1503. Orang-orang asli Mongol, Tatar, Kirghiz, Kalmuk, dll, dirampas semua haknya dan dapat dipaksa ke dalam perhambaan oleh bangsawan Rusia, dan bahkan ke dalam perbudakan langsung (pasar budak - legal sampai 1828). Perhambaan di Rusia merupakan feodalisme yang mirip perbudakan — among-tani tidak diizinkan meninggalkan tanah tempat mereka dilahirkan. Hal ini segera menghasilkan pemberontakan, termasuk pemberontakan besar pada abad ke-17 dan 18. Pemimpin dari pemberontakan yang pertama, Stepan Razin, diabadikan dalam sebuah patung yang didedikasikan oleh Lenin pada tahun 1918; dan yang kedua, dipimpin oleh Yemelyan Pugachev, mengumpulkan banyak pasukan dan mengambil beberapa kota sebelum berujung kekalahan, dan pemenggalan publik Pugachev.

Pemberontakan ini dikenang oleh among-tani, dan juga oleh bangsawan bertanah dan otokrasi. Ketika Rusia mengalami kekalahan memalukan dalam Perang Krimea di tahun 1850-an, di tangan Kekaisaran Ottoman yang renta dan sekutu Inggris dan Prancisnya, penguasa Rusia mulai berpikir tentang modernisasi. Penghapusan penghambaan pada tahun 1861 di bawah Alexander II merupakan hasil langsungnya. Keputusan ini mengambil langkah menjauh dari feodalisme, dan pada awalnya, among-tani merasa senang. Tanah komunal di mana among-tani bekerja keras sebelumnya adalah milik tuan tanah, tetapi sekarang ia "dialokasikan" ke komune among-tani (mir desa). Tetapi ada bara dalam sekam, dan percikannya ada banyak.

Takut akan revolusi — seperti yang terjadi pada 1848 di Eropa Barat — bangsawan pada mulanya ingin agar para hamba dibebaskan, tetapi tanpa tanah. Namun Tsar yang juga ditakuti, tidak ingin menciptakan pekerja proletar tanpa tanah. Kompromi pun terjadi, tetapi tidak memberikan lahan yang cukup bagi populasi petani yang terus bertumbuh untuk bertahan hidup dan masih mempertahankan sistem tiga-petak tradisional mereka.[1] Lebih jauh lagi, para tuan tanah mempertahankan tanah-tanah terbaik untuk mereka sendiri, dan sebagian besar dari apa yang telah menjadi milik umum, termasuk hutan, jalan dan sungai, sekarang dapat diakses hanya dengan biaya tertentu. Hutan-hutan penting bagi para among-tani untuk bahan bangunan dan untuk perapian di musim dingin. Akhirnya, among-tani juga diharuskan untuk melakukan pembayaran tebusan atas tanah yang mereka terima selama 49 tahun, dengan bunga! Among-tani masih terikat dengan tanah komunal, tidak bisa menjual porsi mereka darinya, dan sering harus bekerja di kebun para tuan tanah, hingga mengabaikan petak mereka sendiri. Singkatnya, hidup tetap suram bagi para among-tani.

Kapitalisme Merayap Masuk

Pokok situasi pertanahan pada 1861 merupakan akibat kapitalisme masuk pentas. Sama seperti pada hari-hari terakhir feodalisme di Eropa Barat, bangsawan yang bertanah di Rusia menumpuk pinjaman hutang kepada pemodal perkotaan. Pembayaran tebusan yang diminta dari among-tani merupakan sumber pembiayaan obligasi yang diterbitkan pada tuan tanah oleh negara, sehingga hilangnya kepemilikan tanah dapat diubah menjadi modal. Namun pembayaran tebusan pada dasarnya tidak dapat ditagih dari among-tani miskin, yang tidak memiliki cukup lahan untuk dapat bertahan hidup, apalagi menjual panen mereka.

Namun, reformasi 1861 memiliki dampak merangsang pasar kapitalis. Jumlah gandum yang dijual di pasar terbuka meningkat, begitu juga kepemilikan perkebunan oleh non-bangsawan. Proletar pedesaan dari buruh tuna-kisma (tanpa tanah), yang terdiri dari among-tani yang tidak mampu menjadi petani (kebun), juga meningkat. Di sini kita memiliki latar belakang atas perkembangan yang tidak merata dan tergabungkan: sebuah aristokrasi feodal kuno tetapi masih dominan telah menjadi semakin berkait-kelindan dengan kapitalisme yang baru lahir.

Revolusi 1905

Namun dengan menyingsingnya abad kedua puluh, otokrasi Rusia gagal pada tes besar lain di panggung internasional. Dalam Perang Rusia-Jepang 1904, armada laut Tsar remuk oleh Kekaisaran Jepang, dimana Tsar telah meremehkannya secara serius. Bencana ini dengan cepat mencetuskan Revolusi 1905. Para pekerja bangkit, mogok, membentuk soviet (dewan runding) pekerja, dan menunjuk seorang revolusioner, Leon Trotsky, untuk memimpin Soviet St. Petersburg. Among-tani turut bangkit; tidak semua, tetapi cukup untuk membuat Tsar memilih dengan sangat hati-hati resimen yang setia untuk menembak mati para demonstran di luar Istana Musim Dingin dalam pembantaian Hari Minggu Berdarah, menewaskan sedikitnya 1.000 orang. Pemberontakan 1905 diredam, tetapi otokrasi tahu ia harus melakukan sesuatu untuk mencegah kebangkitan lebih lanjut, dan mempercepat modernisasi tanpa merusak bangsawan kelas penguasa yang masih feodalistik. Parlemen palsu yang disebut Duma diciptakan, dan "solusi" akan tanah, pada dasarnya, yaitu lebih banyak kapitalisme.

Berdasarkan penilaian sebelumnya tentang apa yang dibutuhkan, Pyotr Stolypin, Ketua Dewan Menteri Tsar, menyusun rencana pada 1906 yang didasarkan pada “perbankan pada yang kuat” (yaitu, among-tani kaya yang berorientasi pasar.) Sistem tanah komunal tradisional akan digerogoti dengan memperkuat among-tani dengan hak untuk memprivatisasi lahan dengan "memotong" dan menjual bagian komune mereka. Reformasi ini juga memungkinkan pembentukan koperasi petani, yang menjadi didominasi oleh kulak dan among-tani menengah, yang dapat berdagang di pasar. Ini adalah "selongsong kapitalis eksplosif" yang ditujukan pada komune. Tujuannya adalah untuk mempromosikan petani kapitalis yang akan menjadi penyokong rezim. Untuk memfasilitasi ini, pembayaran tebusan tahun 1861, yang dimaksudkan kedaluwarsa pada tahun 1910, dihapuskan.[2]

Among-Tani Tetap Lapar dan Berontak

Sekali lagi, penetrasi kapitalisme pada lahan menghasilkan pasar yang lebih kuat, termasuk penjualan gandum internasional, karena minoritas among-tani mampu melepaskan diri dari komune. Sementara itu, petani yang menjual tanah mereka karena tidak cukup bagi mereka untuk hidup - menambahkan diri mereka dalam jajaran buruh tani tuna kisma. Kebanyakan among-tani marah, dan penentangan atas penjualan tanah tumbuh. Dalam satu atau dua tahun ada insiden-insiden among-tani merebut tanah yang telah "direnggut" dari komune, serta serangan terhadap tuan tanah besar, termasuk pembakaran rumah gedong. Among-tani, yang telah melalui semua reformasi Tsar, masih haus tanah dan memberontak.

Angka-angka ini menggambarkan situasinya. Pada 1905, sekitar setengah dari seluruh lahan subur milik partikelir (termasuk gereja dan tanah milik negara), dan sekitar setengahnya dimiliki oleh 30.000 bangsawan-tanah besar. Setengah lainnya dari semua tanah subur — dan seringkali lahan terburuk — berada di tangan sekitar 10 juta keluarga among-tani, kebanyakan di komune, atau petak-petak kepemilikan kecil.

Petaka Terakhir bagi Tsar

Memasuki petaka berikutnya, dan ternyata yang terakhir, bagi rezim ke-Tsar-an yang rapuh: Perang Dunia I. Rekrutmen perang membawa 10 juta pekerja dan among-tani, dan merampas 2 juta kuda, serta barang-barang makanan untuk balatentara dan sumber daya lainnya, sementara kekalahan di ceruk-ceruk meningkat. Among-tani yang tidak dapat lagi menabur tanah bertambah jumlahnya, dan di tahun kedua perang bahkan beberapa among-tani menengah mulai bangkrut.

Lonjakan awal patriotisme merupakan kemunduran bagi kaum revolusioner kiri (Bolshevik telah mengumpulkan kekuatan dalam beberapa tahun terakhir), tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pemberontakan pekerja segera menginfeksi perkotaan, dan perlawanan among-tani meledak dari bulan ke bulan. Tekanan pada ekonomi ditunjukkan oleh penurunan konstan dalam ransum roti bagi pekerja di Petrograd (yang baru berganti nama). Hal ini memprovokasi pekerja perempuan untuk turun ke jalan dalam protes pada Hari Pekerja Perempuan Internasional pada 1917; dan mereka segera diikuti oleh pekerja lainnya dan prajurit yang ditempatkan di dalam dan di sekitar Petrograd. Tsar Nicholas II, yang dengan bodohnya berpikir dia dapat menyelamatkan perang cerobohnya dengan dirinya sendiri ke depan, meninggalkan tahtanya dalam beberapa hari. Revolusi Februari tengah berlangsung.

Para pekerja segera membentuk soviet lagi seperti pada 1905, dan among-tani mulai mengambil tindakan terhadap tuan tanah, perlahan-lahan pada awalnya, tetapi segera meningkat. Revolusi Februari telah secara dramatis meningkatkan kadar pembelotan prajurit among-tani yang sudah memuncak dari ceruk-ceruk. Kembali ke kampung halaman mereka, orang-orang ini telah bersenjata, tidak sabar dan siap untuk mendorong aksi radikal. Mereka mengambil peran utama dalam berbagai peristiwa yang segera akan menyelimuti perdesaan. Minggu-minggu pertama bulan Februari terlihat desa-desa masih lesu, tetapi pada bulan Maret, “hantu” perang tani menggentayangi para tuan tanah. Ini adalah campuran ketakutan dan kenyataan: di beberapa provinsi, komite among-tani menangkapi tuan-tuan tanah, mengusir mereka, merampas tanah, atau “menyesuaikan kembali” sewaan mereka semaunya. Ketika beberapa bangsawan yang ketakutan mulai menjual properti, sering kali kepada investor asing, kulak mulai membelinya juga. Kebencian among-tani miskin terhadap tuan-tuan tanah juga mulai meluas ke among-tani kaya, dan bantahan atas penjualan tanah meningkat.[3]

Revolusi sejauh ini telah melepaskan aliran tindak pengorganisasian di antara massa, dan among-tani tanpa terkecuali. Pada bulan Mei, Kongres Deputi Among-Tani yang berlangsung selama sebulan penuh diadakan di Petrograd. Pertemuan khusus ini, meskipun terdiri terutamanya dari perwakilan lapisan atas among-tani, memberikan kesempatan untuk menilai keadaan benak petani. Para delegasi berasal dari zemstvos, atau majelis lokal terpilih, yang didirikan oleh Tsar Alexander II pada 1864, yang didominasi oleh penjaga kedai desa, serta koperasi dari para among-tani yang lebih makmur; dan beberapa dari mir desa. Perwakilan ini kebanyakannya adalah pendukung Partai Revolusioner Sosialis (SR), pewaris Narodnik, yang merupakan para cendekiawan yang menyatakan untuk turun "bagi rakyat" sebagai jalan untuk mengakhiri kekuasaan Tsar. Sementara mereka menyatakan “lahan bagi penggarap,” rencana mereka sekarang adalah menekan kaum borjuasi untuk melaksanakan reforma tanah, melalui proyeksi Majelis Konstituante, dan mereka dengan tegas menentang tuntutan para pekerja akan perdamaian atau 8 jam sehari, ataupun tindakan mandiri para among-tani untuk menyelesaikan persoalan tanah.

Lenin Menangani Kongres Petani

Delegasi Bolshevik pada majelis ini kecil, tetapi Lenin menangani kongres ini pada 20 Mei, dan dia menyerukan program nasionalisasi tanah melalui aksi langsung yang terorganisir oleh among-tani tanpa memandang legalitas. Menurut saksi mata Nikolai Sukhanov, "Tampaknya Lenin bukan hanya telah mendarat di dalam kemah musuh bebuyutan, tetapi dapat Anda katakan di depan moncong buaya." Tetapi Sukhanov melanjutkan laporan bahwa, "Muzhik (among-tani) kecil mendengarkan dengan penuh perhatian dan mungkin bukan tanpa simpati. Tapi mereka tidak berani menunjukkannya...”[4]

Faktanya, Lenin (bukan untuk pertama kalinya) telah menunjuk masalah utama yang dihadapi revolusi: fakta bahwa borjuis, yang terikat dengan aristokrasi bertanah, tidak mampu melaksanakan revolusi demokratik. Posisi Bolshevik, berbeda dari Menshevik, konsisten bahwa kelas pekerja sendiri yang mampu melaksanakan revolusi demokratik. Rumusan Bolshevik untuk ini adalah "kediktatoran proletar dan among-tani." Dengan pengaruh pemikiran Lenin, dan dorongan Trotsky akan pemahaman Marxis tentang permanensi revolusi, rumusan ini direvisi untuk menegaskan perlunya kediktatoran proletar yang bersekutu dengan among-tani. Dan persekutuan ini, meskipun ia mengutamakan para pekerja untuk memimpin dalam melaksanakan revolusi mereka sendiri, dan membangun negara pekerja, tidak akan mengandalkan pada para pekerja memposisikan diri mereka sendiri untuk tindakan among-tani. Ini adalah persekutuan, bukan penguasaan.

Kunci Menuju Revolusi Rusia

Revolusi akan mengharuskan para pekerja mengajukan tuntutan mereka sendiri, tidak membatasi diri pada kesederhanaan demokratis kaum kapitalis. Akhirnya, massa telah memberontak pada Februari menentang perang imperialis, namun ia terus berlanjut; dan menghadapi kelaparan yang mendekat (umunya karena perang), namun ia terus berlanjut; pekerja menuntut 8 jam sehari, tetapi ia diabaikan; dan para petani memberontak melawan cengkeraman kuat aristokrasi atas lahan, namun Pemerintahan Sementara membiarkan hal itu berlanjut. Dari semua partai yang kononnya "revolusioner" — Menshevik, SR, dll.—Bolshevik sendiri yang mengatakan bahwa massa harus bertindak bagi diri sendiri dalam mengedepankan tuntutan mereka.

Dan itulah kunci untuk memahami Revolusi Rusia: ia bukan "kudeta", ia adalah kesatuan dari apa yang massa inginkan dan butuhkan, dan sebuah kepemimpinan yang siap memfasilitasi keberhasilan mereka. Rumusan itu menyertakan among-tani, dan menjelaskan Dekrit Tanah Bolshevik, dan hubungannya dengan teori revolusi permanen.

Namun, pada sebagian besar tahun 1917, among-tani diwakili oleh SR, bukan Bolshevik. Pada kongres among-tani di bulan Mei, di mana Lenin berbicara, SR mendorong dan meloloskan resolusi yang sangat radikal, menyerukan: "Konversi semua lahan menjadi milik nasional untuk penggarapan yang sama, tanpa ganti rugi." Namun mereka tidak bermaksud bahwa among-tani harus bertindak sendiri! Seperti yang Trotsky jelaskan, “Yang pasti, para kulak memahami kesetaraan hanya dalam pengertian kesetaraannya dengan tuan tanah, sama sekali bukan dalam artian kesetaraannya dengan tenaga bayaran. Akan tetapi, kesalahpahaman kecil antara sosialisme fiktif kaum Narodnik dan demokratisme agraris para muzhik akan muncul ke permukaan hanya di masa depan.”[5]

SR atau Bolshevik, Siapa yang Harus Memimpin?

"Masa depan" itu datang dengan cepat. Ketika kongres mereda, berbagai laporan datang mengenai para among-tani yang menanggapi resolusi Kongres dengan serius di daerah-daerah, dan merampas tanah dan perlengkapan para tuan tanah. Para SR, pada konferensi mereka sendiri pada awal Juni, segera menyatakan mundur! Mereka mengutuk semua perampasan tanah yang dilakukan sesuka hati oleh among-tani, dan bersikeras bahwa mereka menunggu Majelis Konstituante. Batasan mereka didasarkan pada fakta bahwa mereka bersekutu dengan Pemerintahan Sementara, di mana mereka akan segera menjadi bagiannya (wakil mereka Alexander Kerensky menjadi Menteri Peperangan, dan kemudian Ketua Menteri).

Dan itu berlangsung berbulan-bulan. Among-tani berpegang teguh pada SR di tingkat lokal karena tujuan mereka yang diakui, tetapi para atasan SR hendak berkompromi dengan borjuis, yang secara finansial terkait dengan para bangsawan bertanah. Para tuan tanah mengeluhkan banyaknya penyitaan atas tanah mereka, dan para bankir Kadet (borjuis liberal) menghutangi real estat seharga miliaran rubel. Jadi para atasan SR mendukung upaya lemah pemerintah borjuis untuk mempertahankan tanah bangsawan. Mereka berencana untuk tawar-menawar dengan tuan-tuan tanah merekonsiliasi slogan utopis mereka dengan kepentingan borjuis di Majelis Konstituante; tetapi among-tani tidak menunggu pungguk menggapai bulan.

Serangan pada Tuan-Tuan Tanah

Aksi di perdesaan segera menjadi serbuan, dengan para kulak memimpin, bersama among-tani miskin tertarik pada serangan umum pada tuan tanah besar. Among-tani kaya memiliki kuda dan keretanya untuk menjarah perkebunan dan mengangkut dagangan, sementara yang kurang mampu mengikuti jejak mereka dalam tuntutan besar akan lahan. Ini tentu bukan apa yang diinginkan oleh kompromis SR, tetapi itu juga bukan yang diinginkan Bolshevik. Lenin telah menyerukan penyitaan terorganisir, dengan organisasi-organisasi among-tani mengambil alih perkebunan-perkebunan besar untuk digarap sebagai kolektif; dan dia menekankan perlunya pekerja tuna kisma dan among-tani miskin membentuk soviet untuk menyajikan kebutuhan mereka sendiri untuk mensosialisasikan tanah. Dengan beberapa pengecualian, tidak satu pun dari seruan ini sedang diperhatikan.

Namun Bolshevik, pada bulan Oktober, meskipun masih minoritas dalam organisasi among-tani lokal, telah menjadi satu-satunya partai yang menyerukan aksi langsung among-tani, dan para among-tani menyimak. Trotsky melaporkan bahwa, dengan semakin tergesa-gesa menyerang perkebunan bangsawan, kepemimpinan SR semakin terdesak. Hal ini didokumentasikan oleh seorang Bolshevik di wilayah Volga: "Muzhiks memanggil [pemimpin SR mereka] 'orang tua,' memperlakukan mereka dengan penghormatan eksternal, tetapi memilih dengan cara mereka sendiri." Trotsky melanjutkan, "Tidak mungkin untuk menimbang pengaruh pekerja revolusioner atas among-tani. Ia terus menerus, secara molekuler, [dan] menembus ke mana-mana...”[6]

Revolusi Oktober: Bolshevik Memegang Kekuasaan

Ini adalah situasi pada saat pengambilan kekuasaan Bolshevik pada 25 Oktober: massa tani, bertentangan dengan kepemimpinan SR mereka sendiri, dan di bawah pengaruh pekerja revolusioner dan Bolshevik, merebut tanah. Sementara melaksanakan program SR - tanah bagi penggarap, alih-alih sesuai rencana Bolshevik untuk pengambilalihan terorganisir membangun kolektivisasi, among-tani mengintai jatah mereka sebagai kelas borjuis kecil: mereka menginginkan tanah. Kecemerlangan kepemimpinan Lenin sekarang terletak pada penerimaan ini, untuk saat ini, sebagai kehendak massa.

Kelas pekerja mengambil kekuasaan dengan bersekutu dengan among-tani, yang merupakan mayoritas di negeri ini, dan Lenin tahu bahwa dengan menyatakan program Bolshevik sebagai undang-undang tidak akan mengubah realitas apa yang dilakukan among-tani. Para pekerja berkuasa, tetapi tidak ada revolusi yang dapat memaksakan sosialisme melalui dekrit; ia harus dibangun papan demi papan. Dekrit Tanah, yang kedua (setelah dekrit perdamaian) untuk disahkan oleh Kongres Soviet ke-2, didasarkan pada resolusi organisasi tani, yang disahkan di bawah kepemimpinan SR. Namun sementara para SR melihat ini sebagai sebuah tawaran emas untuk disampaikan kepada Majelis Konstituante, Bolshevik melihatnya sebagai kehendak among-tani, yang diambil dengan aksi langsung, dan mendukungnya seperti itu.

Namun bagaimana hal ini sesuai dengan teori Revolusi Permanen, yang menegaskan bahwa kelas pekerja di negeri yang relatif terbelakang seperti semi-feodal Rusia, tidak hanya harus membuat revolusi demokratik yang borjuis tidak dapat lakukan, tetapi juga harus mengedepankan tuntutan sendiri akan sosialisme dan pemerintahan pekerja? Tuntutan pekerja sendiri, akan roti, perdamaian dan tanah, telah ada di sana di jalanan sejak awal Februari. Namun keluhan terdengar, baik di dalam Partai Bolshevik maupun dari luar, tentang bagaimana Bolshevik gagal melaksanakan revolusi sosialis atas lahan.

Kritik Rosa Luxemburg

Yang paling menonjol di antara para kritikus ini adalah kaum revolusioner Jerman - Rosa Luxemburg. Menulis dari penjara pada tahun 1918, Luxemburg menegaskan bahwa, "perampasan langsung atas tanah oleh among-tani pada umumnya sama sekali tidak ada persamaannya dengan ekonomi sosialis." Dan, dia melanjutkan, "Pertama-tama, hanya nasionalisasi lahan perkebunan luas…dapat berfungsi sebagai titik tolak bagi modus produksi sosialis di lahan.” Yang kedua, dia menegaskan bahwa, “salah satu prasyarat transformasi ini [adalah] bahwa pemisahan antara ekonomi desa dan industri…harus diakhiri dengan cara yang sedemikian rupa untuk menghasilkan saling keterjalinan dan perpaduan dari keduanya.”

Semua ini tepat pada sasaran. Luxemburg kemudian melanjutkan, "Bahwa pemerintah soviet di Rusia tidak melakukan reformasi yang hebat ini — siapa dapat menyalahkan mereka untuk itu!" Dia bersikeras bahwa pemerintah Soviet, "dalam periode singkat pemerintahan mereka, di tengah pusaran air perjuangan domestik dan asing yang mencekam," tidak mungkin diharapkan untuk menyelesaikan reformasi ini, yang dia sebut, "tugas yang paling sulit dari transformasi sosialis pada masyarakat!" Sekali lagi, dengan baik dan bagus.

Namun kemudian kita sampai pada inti masalah: Luxemburg mengatakan bahwa, "Sebuah pemerintahan sosialis yang telah berkuasa harus...mengambil langkah-langkah yang mengarah ke arah prasyarat mendasar bagi reformasi pertanian sosialis kemudian..." Dia mengatakan, Bolshevik ini tidak melakukannya dengan menyerukan "penyitaan dan distribusi tanah dengan segera oleh among-tani," atau, dia berkata, slogan Lenin "pergi dan ambil tanah untuk dirimu sendiri," yang "hanya menyebabkan peralihan tiba-tiba, yang kacau mengenai kepemilikan lahan besar menjadi kepemilikan lahan among-tani. "(penekanan dalam aslinya)[7]

Lenin Mendorong Pengambilalihan Lahan Terorganisir

Apa yang Luxemburg lewatkan di sini mungkin bukan salahnya. Berita tentang Revolusi Rusia sangat dibatasi di Jerman pada 1918 di bawah pemerintahan Sosial Demokrat yang segera menjadi pembunuhnya; dan terutama jika seseorang di penjara, seperti dirinya. Namun kebenaran yang ia lewatkan adalah bahwa Lenin tanpa lelah menjelaskan dua hal: Pertama, seruan bagi among-tani sendiri untuk merebut tanah diutarakan secara terang menentang program SR, yang menyerukan nasionalisasi tanah, tetapi menyuruh among-tani untuk menunggu “negosiasi” dengan tuan-tuan tanah, atau bagi Majelis Konstituante borjuis untuk memutuskan. Kedua, Lenin secara konsisten menyerukan pengambilalihan tanah secara terorganisir. Seperti yang dia katakan di Kongres Tani yang disebutkan sebelumnya pada Mei 1917, "Biarkan dia [among-tani] tahu bahwa tanah yang dia ambil bukan tanahnya, juga bukan partikelir, tetapi milik umum para rakyat..." dan, "Sampai [kekuasaan rakyat pekerja didirikan], otoritas [tani] setempat...harus mengambil alih lahan perkebunan dan harus melakukannya dengan cara yang terorganisir sesuai dengan kehendak mayoritas.”[8]

Untuk memfasilitasi tujuan-tujuan ini, Lenin mencoba mendorong organisasi tani tuna kisma dan miskin, baik sebelum dan sesudah Oktober, dengan, sayangnya, hasil yang kecil pada awalnya. Lenin juga secara konsisten memperdebatkan penjagaan barang milik bangsawan untuk digunakan oleh masyarakat, daripada menghancurkannya, yang banyak dilakukan oleh among-tani. (Dalam hal ini, among-tani mengingat pengalaman panjang mereka dengan pemberontakan gagal. Mereka berkata, kamu harus menghancurkan semuanya, jangan sampai mereka kembali.)

Namun Dekrit Tanah Lenin sangat jelas dalam meletakkan apa yang dianjurkan Luxemburg, yaitu, "langkah-langkah yang mengarah pada arah reformasi pertanian sosialis kemudian." Menurut Dekrit, "Semua lahan...akan menjadi bagian dari dana lahan nasional. Its distribution among the peasants shall be in [the] charge of the local and self-government bodies, from democratically organized village and city communes, in which there are no distinctions of social rank, to central regional government bodies.” Pendistribusiannya di antara among-tani akan menjadi tanggung jawab badan-badan pemerintahan lokal dan swadaya, dari komune desa dan kota yang diorganisir secara demokratis, di mana tidak ada perbedaan peringkat sosial, menuju badan-badan pemerintah pusat daerah.”[9]

Among-Tani Menahan Gandum dalam Kelaparan

Namun demikian, memang benar bahwa perampasan lahan oleh among-tani itu sendiri menyebabkan kesulitan bagi negara pekerja, di mana kaum tani mulai menahan gandum ke kota-kota, memicu ancaman kelaparan, seperti dicatat Rosa Luxemburg. Namun seruan Luxemburg akan "perpaduan" pertanian dan industri, yang mengecewakan kaum Bolshevik, mustahil terjadi pada saat itu. Bermula dengan masa-masa awal Revolusi, pabrik-pabrik mulai mengunci para pekerja sebagai penentangan atas Bolshevik, dan para pekerja yang berhamburan kembali ke desa-desa tani tempat asal mereka meningkat.

Kemudian, dengan meletusnya Perang Sipil, para pekerja dan among-tani diseru untuk membentuk Tentara Merah, yang mereka lakukan dengan sedikit keraguan, semakin mengganggu kapasitas produksi yang tersisa. Ini menjadi kunci kelaparan yang mencengkeram perkotaan Rusia pada 1918-1919: kaum buruh — dan negara baru mereka — tidak memiliki apa pun untuk ditawarkan kepada para petani dalam bentuk alat-alat dan barang-barang manufaktur untuk ditukar dengan bahan makanan. Pengambilan paksa gandum menjadi sangat penting. Tetapi tanpa Dekrit Tanah ini, yang memantapkan pembuangan tuan-tuan tanah, kaum Bolshevik akan kalah dalam perang sipil.

Bolshevik Akhirnya Membuat Kemajuan pada Pertanahan

Situasi suram ini secara ironis agak membaik dengan pengunduran diri SR-Kiri dari pemerintah Soviet setelah ratifikasi Perjanjian Brest-Litovsk, yang mengakhiri partisipasi Rusia dalam Perang Dunia I. Saya katakan "ironis," karena di bawah perjanjian ini, Bolshevik harus menyerahkan negara-negara Baltik ke Jerman, dan mereka harus mengakui kemerdekaan Ukraina, yang dengan cepat berada di bawah pengaruh Jerman: tidak baik. Ini bukan berarti bahwa menandatangani Perjanjian Brest-Litovsk tidak diperlukan: ia sangat penting untuk mengakhiri perang imperialis yang telah menghancurkan Rusia dan Eropa. Tetapi Ukraina adalah daerah pertanian yang paling berkembang, paling kapitalistik, dan paling produktif di bekas Kekaisaran Rusia.

Namun, dengan SR keluar dari pemerintahan, pengaruh mereka atas among-tani menurun. SR cenderung menyukai aksi individu oleh lapisan yang lebih kaya, sementara Bolshevik, yang pengaruhnya sekarang meningkat, terus mendukung among-tani miskin dan tuna kisma. "Kemajuan"-nya adalah bahwa dengan meningkatnya pengaruh ini, dan dengan timbulnya perang saudara pada pertengahan 1918, Lenin akhirnya berhasil menggerakkan among-tani miskin dan tuna kisma, melalui Komite dan Komune Tani Miskin. Ini menandakan bahwa Bolshevik telah berhasil membelah kaum tani di sepanjang batas kelas, dan ini adalah hal yang baik untuk transisi menuju sosialisme.

Lenin Menjelaskan Tujuan Kolektivis

Lenin menjelaskan hal ini dalam sebuah pidato kepada kongres among-tani dari Komite dan Komune Tani Miskin, pada Desember 1918: “Pada mulanya ada gerakan umum among-tani melawan para pemilik tanah… Ini diikuti oleh perjuangan di antara para among-tani itu sendiri, di mana di antara mereka terdapat kapitalis baru muncul dalam bentuk kulak, penghisap dan lintah darat yang menggunakan kelebihan gandum mereka untuk memperkaya diri mereka sendiri dengan mengorbankan kelompok non-pertanian yang kelaparan di Rusia.” Lenin menekankan bahwa sekarang, “…tugas bersama kita dan tujuan bersama kita adalah transisi menuju pertanian sosialis, menuju kepemilikan lahan kolektif dan pertanian kolektif.” Ini harus diselesaikan secara bertahap, menggunakan persuasi dan “metode transisional,” dan melibatkan tani menengah serta tani miskin.[10]

Kaum Kulak dan tani miskin telah bersatu dalam menggulingkan tuan-tuan tanah, tetapi sekarang para tani kaya menjual gandum mereka di pasar gelap dengan harga tinggi, menentang monopoli negara pekerja, dan bahkan mengancam kelangsungan hidupnya. Organisasi among-tani miskin mendorong monopoli negara atas penjualan bahan makanan, membantu penyitaan gandum dari petani kaya, dan mendukung mobilisasi among-tani untuk mendukung negara pekerja dalam menghadapi imperialis dan kaum reaksioner tentara putih yang memobilisasi untuk menghancurkannya.

Dorongan untuk kolektivisasi tidak akan selesai dalam hidup Lenin, ataupun akan mencegah "satu langkah mundur" yang harus diambil Bolshevik pada akhir perang sipil pada 1921, dalam bentuk Kebijakan Ekonomi Baru, atau NEP, yang menjadi perlu untuk memacu ekonomi Rusia yang hancur. Namun, komitmen Bolshevik terhadap revolusi permanen sepenuhnya dikonfirmasi dengan penanganan mereka atas persoalan petani. Baru saja keluar dari feodalisme, mayoritas among-tani di Rusia, yang ditindas oleh tuan-tuan tanah dan haus tanah, harus melalui tahap melakukan revolusi borjuis pada lahan, yang hanya bisa mereka lakukan dengan bersekutu, dengan kepemimpinan, dari proletar perkotaan.

Namun "tahap" revolusi tani ini jangan dikelirukan dengan tahap-isme kaum Menshevik atau pembebek Stalinis yang kemudian memimpin pemerosotan Revolusi Rusia. Dalam pandangan dunia ala Menshevik/SR/Stalinis, revolusi borjuis harus terjadi dahulu, sementara kelas pekerja menunggu kaum borjuasi menyelesaikan revolusinya (yang tidak mampu diselesaikan mereka). Tetapi Bolshevik dari Lenin dan Trotsky tidak cenderung begitu. Mereka menunjukkan bahwa, memang, kelas pekerja harus maju terus dengan tuntutan-tuntutannya sendiri agar tidak hanya menyelesaikan revolusi borjuis (termasuk para among-tani), tetapi bergerak maju menuju sosialisme bagi para pekerja, dan secara tepat waktu, bagi among-tani juga.

Sepanjang sejarah, pemberontakan tani tidak pernah mampu menuju sebuah negara tani revolusioner. Among-tani, yang menjadi kelas yang terbelah di antara mereka sendiri, hanya dapat mendorong dinasti baru (seperti di Cina), atau lapisan baru borjuis kecil perkotaan memegang kekuasaan. Mereka belum pernah mampu, hingga Revolusi Rusia, ketika, bersama dengan kelas pekerja, mereka membuat sejarah.

Catatan:

1.Sistem tiga petak, di mana dua petak ditanami dan satu dibiarkan kosong, berputar setiap tahun, merupakan standar di seluruh feodal Eropa. Ini membantu mencegah penggersangan tanah dari kerja berlebihan, dan dari penanaman tanaman tunggal tanpa henti di ladang yang sama. Pertanian modern mencoba untuk menghindari hal ini dengan pupuk buatan, tetapi hal itu lain cerita.
2.Trotsky, Sejarah Revolusi Rusia , Sphere Books Ltd, London, 1967, vol. I hal. 59.
3.Trotsky, vol. I, hal. 364-65.
4.NN Sukhanov, "Revolusi Rusia 1917," Harper, 1962, vol. 2, hal. 371. Sukhanov adalah seorang Menshevik dengan berbagai macam pendapat yang kontradiktif, tetapi dia adalah seorang reporter saksi mata yang hebat. "Muzhik" adalah among-tani Rusia.
5.Trotsky, vol. I, hal. 371.
6.Trotsky, vol. III, hal. 24. 24.
7.Rosa Luxemburg, “Revolusi Rusia,” dalam Rosa Luxemburg Berkata, Pathfinder Press, 1970. Ini ditulis pada pertengahan 1918 dan tidak diterbitkan hingga bertahun-tahun kemudian.
8.Lenin, “Pidato Tentang Persoalan Agraria,” kepada Kongres Pertama Utusan Tani Se-Rusia, 22 Mei (4 Juni) 1917, Koleksi Karya, vol. 24. hal. 486-505.
9.Dekrit Lenin atas Tanah, dalam Mervyn Matthews, ed., Pemerintah Soviet: Pilihan Dokumen Resmi tentang Kebijakan Internal, New York, 1974, hal. 319.
10.Lenin, “Pidato Kepada Kongres Pertama Departemen Tanah Se-Rusia, Komite dan Komune Tani Miskin.” 11 Desember 1918, dalam Koleksi Karya, vol. 28, hal. 338-48. Metode transisional termasuk dukungan dan insentif negara bagi pertanian kolektif.


sumber: http://www.bolshevik.org/statements/kinder_20180314_peasants_1917.html