Artikel ini adalah bagian kedua dari seri Revolusi Rusia oleh Chris Kinder. Bagian pertama diterbitkan dalam "Rusia 1917: Bagaimana Revolusi yang Kita Perlukan Saat Ini, Dahulu Dimenangkan." "Lapisan bawah dari revolusi adalah persoalan agraria" - Trotsky Di atas segalanya Revolusi Rusia adalah revolusi pekerja. Ia menempatkan kelas pekerja pada kekuasaan untuk pertama kalinya dalam sejarah, dan menjanjikan datangnya sebuah revolusi dunia yang akan menghapuskan perang, penindasan nasional dan penghisapan selamanya. Ia mengilhami pemberontakan pekerja di seluruh dunia, dan nyaris berhasil dalam tujuan akhirnya. Namun para pekerja bukanlah satu-satunya yang memberontak di Rusia pada tahun 1917. Tanpa dukungan among-tani (peasant), tentunya tanpa perlawanan among-tani untuk membuang rantai penindasan mereka sendiri, Revolusi Rusia tidak akan pernah bisa bertahan. Tidak seperti kebanyakan Eropa Barat, Rusia merupakan masyarakat terbelakang, terutama agraris, di ma
Sejak tahun 1945 hingga detik ini, nasib yang dialami oleh kaum pekerja tidaklah banyak berubah. Meskipun negeri 'merdeka' ini berlandaskan sila yang salah satunya “keadilan sosial bagi seluruh rakyat,” namun praktis kaum buruh masihlah ditindas dan digencet dan belum lagi menerima keadilan yang layak. Dimulai dari pengkhianatan pemerintah Indonesia melalui perjanjian Linggarjati, disahkannya UU Penanaman Modal Asing tahun 1967 yang menjadi “Karpet Merah” bagi Imperialisme untuk masuk mengeksploitasi alam dan manusia negeri ini, hingga kemunculan Omnibus Law Cipta Kerja, Pemerintah, Parlemen, Peradilan Indonesia telah berulang kali menunjukkan watak aslinya sebagai kaki tangan kaum borjuasi yang berkepentingan untuk memudahkan penghisapan atas kaum buruh, alih-alih mengutamakan kesejahteraan bagi mereka. KEMUNAFIKAN PARTAI-PARTAI YANG ADA Lantas, apa saja yang dilakukan elit-elit politik kita? Alih-alih membela rakyat kecil, sayangnya, mereka justru m